Thursday, July 31, 2014

Sebab Mekarmu Hanya Sekali

Ah, aku memang tidak tahu apa-apa tentang perihal bunga dan segala tentang perbungaan. Yang aku tahu beberapa bunga yang indah, itu perlu proses waktu yang lama untuk mekar, tidak sehari atau dua hari, bahkan bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan.


Pertanyaannya, jika kita bisa membuat bunga itu mekar dalam hanya beberapa hari saja, entah dengan alat khusus atau apa saja lah. Kita bisa menikmati keindahan bunga itu dengan lebih "instan".
Memang kita bisa menikmati keindahan bunga itu lebih cepat sesuai kehendak, tapi kita akan kehilangan sebuah kenikmatan yang lain, yaitu MENUNGGU.


Karena menunggu adalah sebuah kenikmatan tersendiri, melatih diri untuk bisa lebih sabar dan tawakal, bisa lebih memperhatikan step by stepnya bunga itu mekar sehingga kita bisa mencurahkan perhatian yang lebih, bisa melatih diri untuk mengendalikan emosi, hawa nafsu.


Karena memang dalam dunia "instan" juga terdapat kenikmatan yang "instan". Maka semuanya adalah proses, menunggu pun bagian dari proses itu sendiri.


Pun sama halnya dengan jodoh, bisa langsung mendapat jodoh yang kita impikan itu sebuah kebahagiaan tersendiri, namun menunggu mendapatkan jodoh, sambil terus sibuk memperbaiki diri itu pun sebuah kebahagiaan. Sehingga sampai waktunya tiba, sampai bunga itu telah mekar dengan sempurna, kita bisa menemuinya dalam kondisi sebaik-baiknya diri kita.

Sebab mekarmu hanya sekali... aku ingin menunggu kau benar-benar mekar dengan sempurna. Indah yang seutuhnya.

Begitupun juga aku, aku ingin nanti ketika kau benar-benar telah mekar sempurna. Aku ingin kau melihatku dalam keadaan terbaik, Indah yang seutuhnya.

Monday, July 28, 2014

Lebaran Absurd

Ngomongin soal Lebaran (Hari Raya Idul Fitri), udah lazimnya hari yang satu ini disambut dengan antusias dan penuh suka cita oleh semua umat muslim di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia, baik muslim maupun non-muslimpun  turut menyambutnya dengan suka cita. Iya THR, libur panjang, salam tempel, makanan banyak.

Tapi, kebahagiaan itu tidak bertahan lama terutama bagi para fakir-fakir cinta dan jomblo-jomblo yang udah "lewat masanya". Bagi mereka para jomblo yang udah "lewat masanya", lebaran adalah semacam ajang pembullyan oleh saudara-saudara yang udah duluan berumah tangga. Berikut adalah macam-macam bullyan yang sering dilontarkan oleh mereka para kaum oligarki yang telah merampas demokrasi dan hak-hak oleh kaum patriarki minority amphibi(sengaja dibikin ribet biar kelihatan pinter gua):

SCENE 1

"Ris, elu masih sendiri aje nih? Malu tuh ama Nastar, Nastar aja ada pasangannya masa kamu sendirian aja?" Katanya sambil tertawa kayak tokoh antagonis di film superhero yang lagi kena stroke ringan.

"Emang siape pasangannya Nastar? Muzdalifah?" Sahut gue dengan cueknya.

"Itu Nazar bego"

SCENE 2 

"Kapan nikah ris?"

"Nanti, kalo udah nemu yang pas"

"Nanti itu masih ABSTRAK, sedang umurmu itu PASTI, setiap tahun bertambah satu :))"

"APA??? EKSTRAK??? Oh okee, jadi lu mau gua EKSTRAK, pilih di EKSTRAK bareng kulit manggis atau air kencing unta?"

SCENE 3 

"Eh Ris, ku kasih tau nih, kalau TITIT kau itu selain bisa dipake untuk Saluran Irigasi (baca kencing) Juga bisa dibuat untuk buat keturunan (baca penyerbukan). Ayah udah lama ini pengen punya cucu dari kamu"

"Eh  bentar-bentar, elu kan ayahnya Raditya Dika? Ngapain kemari?"

"Ah jadi kamu bukan Radith ya? Maaf-maaf"

*Gila... ini bapaknya Raditya Dika ngapain nyasar rumah gua, tapi wajar sih karena muka gua emang kayak Raditya Dika banget... Ya kayak Raditya Dika yang abis mencret-mencret gara-gara makan maicih level olimpiade*



***

Tapi yang bikin kampret lebaran kali ini adalah barengan ama tahun politik, ini bener-bener bikin absurd lebaran kali ini. Selama gua pergi berkunjung ke rumah sodara gua, kelakuannya jadi pada aneh-aneh dan nyeremin.

Pertama,  gua berkunjung ke rumahnya Dodit.

Gua mau salaman dan minta maaf ama dia, tapi gua terkejut melihat keadaan dia .

"Dit, elo lagi kena stroke?"

"Emang kenapa?"

"Itu tangan elo kok gitu.."

"Ah elu gak update Ris, sekarang kan lagi ngetren salam 3 jari, kan gua pendukung fanatiknya pak wiwi"

"3 Jari sih 3 jari, tapi gak tiap salaman elu pake 3 jari gitu, lu kira mau ambil rapot"

"Itu cap 3 jari"

Kedua, kerumah sodara

Waktu itu gua denger tuh adik gua lagi disuruh ama ibunya untuk bantu bikin kue. Sebut saja namanya Edgar (Lah, kok jadi kayak adiknya Radith lagi) nah anak yang satu ini badungnya gak ketulungan.

"Edgar... bantu ibu bikin kue, biar bisa cepet dibuat suguhan besok"

"Gampang Mah, Serahin aja ke Programmer, dua minggu... kelar"

lain adegan

"Edgar... ini kok tekonya bocor kamu apain?"

"Masih mending teko yang bocor, daripada kekayaaan negara yang bochor... bochor..."

lain adegan

"Edgar, ini mamah suruh buat kartu ucapan lebaran kok malah jadi kek gini"

"Sekarang udah gak jaman mah pake kartu ucapan lebaran, sekarang lagi ngetren yang namanya Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar, jadi Edgar bikin itu aja deh lebih bermanfaat"

Dan begoknya lagi gua nimpalin

"Dek, ada Kartu Indonesia kaya gak?"

"Kalo itu mah beli Kartu Remi terus pake judi aja bang, supaya kaya"

Lalu secara ajaib Bang Rhoma nongol dan nyanyi

"Begadang jangan begadang... kalau tiada artinya"

"Woy, ini lagi bahas judi kenapa lagunya begadang"

"Ah elu tong, judi kan biasanya sambil begadang juga"

:genius:

Lain adegan

"Dek, lebaran tanggal berapa?"

"Gak tau bang, quick count nya beda-beda, mending nunggu real count KPU aja bang"

"Oh oke, tapi kalo hasilnya beda jangan dituntut ya, ampe bawa 10 truk"

"Gak bang, paling cuma 5 lembar"


***

Nah kan, lebaran (gua) kali ini emang absurd banget, tapi seru juga sih. Walaupun agak berduka cita untuk anak kos karena kembali bertemu dengan mie instan (ciyee yang anak kos)

Dan berikut adalah saran untuk kalian semua yang mau mudik: (diambil dari Fanpage FB: The Real Suara Rumput Liar dengan pengubahan seperlunya)

1. Bawalah pakaian secukupnya (bukan cuma garam aja yang harus di taburin secukupnya)

2. Waspada terhadap orang yang tidak dikenal, siapa tahu mereka ada pesulap (Yak kita belum pernah ketemu, kita tidak saling kenal.)

3. Agar rumah aman, dan biar gak ada yang masuk pajang tulisan di depan rumah: "BATAS SUCI, BAGI YANG INGIN MASUK HARAP LEPAS ALAS KAKI" (Ya setidaknya walaupun tetep kecurian, rumah kalian tetap terbebas dari kotoran sepatu para perampok. Kan enak pas pulang kalian gak perlu bersihin rumah lagi. Gilaa.. penting banget kan saran gua)

4. Agar terhindar dari macet, banyakin makan agar-agar dan yang berserat lainnya biar lancar\

5. Sebelum berangkat, berdo'a dulu supaya selamat sampai tujuan, dan semoga gak ketemu sama mantan. Karena sesungguhnya, nyesek itu adalah ketika kita lebaran ketemu lagi ama mantan yang udah bawa suami dan punya anak, dan kita masih jomblo dan lontang-lanting :foreveralone:

6. Bawa peta, jangan sampai tersesat, apalagi tersesat di kenangan masa lalu.

7. Jangan mengeluh terjebak macet, masih mending daripada terjebak di lift bareng homo yang suka kentut

8. Mudiknya lewat jalur pantura, jangan lewat jalur SBMPTN, susah bro.. gua ngalami sendiri.

9.Jangan ngebut, karena elo gak lagi kesurupan (Itu nyebut bukan ngebut woy)

10. Kalau bingung tanyakan pada peta

"Hai peta, aku tersesat nih, rumah nenek lewat mana ya?"

"Gampang ikuti kata-kataku. Hutan.... Gunung... Rumah Nenek."

"Sekali lagi Hutan... Gunung... Rumah Nenek"


Sekian dan Selamat Berlebaran

Versi aslinya



Fanpage The Real Suara Rumput Liar

Saturday, July 26, 2014

Diorama Senja Di Tanah Surga

Senja yang biasanya memancarkan cahaya indah berwarna jingga, kini berubah menjadi senja berwarna kelabu. Tidak, pada kenyataannya, hampir setiap hari memang senja disini berwarna kelabu, kami tidak pernah mengerti bagaimana keindahan senja sesungguhnya, kecuali dari buku-buku bacaan yang diberikan oleh para relawan dari luar negeri.

Kepulan asap-asap membumbung di seluruh penjuru kota, reruntuhan bangunan berserakan tak ubahnya seperti daun-daun yang berguguran dari batang pohon. Suara tangis pun sudah biasa sekali terdengar, tak ubahnya seperti suara jangkrik yang rutin biasa kalian dengar setiap malam hari. Rasa takut itu selalu hadir, di setiap aktivitas yang kami akan lakukan, selalu diliputi rasa takut. Entah oleh sebuah bom yang tiba-tiba dijatuhkan oleh beberapa pesawat, roket yang meluncur yang menghajar tanpa ampun, atau oleh pasukan angkatan darat, yang membawa senapan canggih, yang ribuan pelurunya menghujani apapun yang ada di depannya tanpa pandang bulu. 

“Kak, kenapa sih mereka selalu nyerang kita? kita kan gak salah apa-apa kak”

“Kakak gak tahu juga apa alasan sebenernya mereka melakukan semuanya ini Syifa. Mungkin hati mereka belum di buka kan pintu-pintu hidayah sama Allah.  Pokoknya kamu tidak boleh membenci mereka ya Syifa, benci perbuatannya boleh, tapi jangan membenci orangnya, agamanya, dan yang lainnya. Mereka sebenernya gak tahu apa yang sedang mereka perbuat, mereka hanyalah orang yang sesungguhnya diperbudak oleh rasa dendam yang tak berkesudahan.”

“Oh begitu ya kak.”

“Iya Syifa, dan satu lagi, kamu ingat apa yang pernah dikatakan Ibu, kamu juga gak boleh dendam apalagi sampai ingin membunuh merea, tidak semua orang yang beragama selain kita itu orang jahat, dan juga tidak semua orang yang berasal dari negara selain kita juga orang yang jahat. Seperti koloni semut, kita hanya menggigit kalau kita atau saudara kita diinjak. Dan di dunia ini masih banyak kok orang yang baik”

“Iya sih kak, tapi Syifa kan jadi kesel, gak bisa lihat mataharinya tenggelam karena ketutupan asap”

“Tenang Syifa. Sebentar lagi kita akan bisa melihat senja yang indah seperti di buku bergambar yang kamu bawa itu”

Begitulah sebuah percakapan sederhana antara aku dan adikku, yang sekaligus mengiringi terbenamnya matahari senja di kota kelabu ini. Sebuah pertanyaan sederhana terlontar dari jiwa yang masih belum tahu apa-apa tentang dunia. Ya, ia tidak tahu apa-apa, yang ia tahu hanyalah tiap malam dia terpaksa terbangun oleh suara ledakan, entah oleh roket dari pihak Hamas atau dari Tentara Israel. Entahlah, yang ia tahu hanyalah setiap pagi, sekolahnya selalu berakhir lebih cepat ketika terlihat kepulan asap, atau bangunan di sekitar sekolah mulai rubuh terkena bom yang jatuh dari atas langit.

Adikku bernama Syifa. Umurnya sekarang sekitar 4 tahun. Ia bersekolah di sebuah di Taman Pendidikan yang baru 4 tahun lalu resmi didirikan yang merupakan bantuan dari PBB. Meskipun dengan segala keterbatasan yang ada, ia tetap bersemangat dalam belajar, dan meski dalam segala kekurangan yang ada, ia tetap berani bermimpi, sebuah mimpi yang sederhana… sebuah mimpi yang sangat sederhana. Ia hanya ingin melihat senja yang indah, seperti yang ia lihat di buku cerita bergambar yang selalu ia bawa kemana-mana. Buku itu ia dapat dari seorang relawan asal Indonesia yang waktu itu membagikan buku-buku pada semua anak-anak yang ada disini. Sebuah buku cerita bergambar berjudul DIORAMA SENJA DI TANAH SURGA.

“Allahuakbar…Allahuakbar…”

Suara adzan terdengar berkumandang dari sebuah masjid yang ada di dekat bangunan tua tempat kami duduk. Kami berbuka puasa dengan sepotong roti dan secangkir teh hangat yang kami dapatkan secara gratis dari masjid.

“Ayo Syifa, makan yang banyak, soalnya nanti malem kita mau pergi jauh, nyusul ibu”

“Wah kita mau nyusul ibu ya kak, oke Syifa bakalan banyak makannya”

Ia pun memakan makanannya dengan lahap. Namun, ia tak pernah tahu, kalau Ibunya sudah setahun lalu meninggal. Ibu kami adalah seorang Dokter dan bekerja di sebuah rumah sakit sederhana di Gaza City, beliau meninggal setelah terkena hantaman roket Israel saat beliau sedang praktek. Dan aku sampai saat ini hanya mengatakan pada adikku, kalau Ibu hanya pergi ke rumah kerabatnya di Mesir.

Setelah berbuka, kami pun segera mengambil wudlu, lalu Sholat Maghrib dan Sholat Isya’ di masjid tersebut. Sesaat sebelum Sholat Tarawih, kami bergegas untuk keluar masjid dan pulang ke rumah untuk mengambil barang-barang yang akan kami bawa untuk bepergian jauh. Keluar dari kota dan negara ini.

Ayahku, dan 3 paman kami yang lainnya, telah membuat sebuah rencana agar bisa keluar dari Palestina dan menuju Mesir malam ini juga. Paman telah menyiapkan sebuah mobil di daerah Deir Al-Balah untuk kami gunakan menuju Rafah, tapi kami harus terlebih dahulu melewati pos penjagaan Tentara Israel yang ada di perbatasan Gaza. Namun baru saja, ayah kami mendapat kabar, kalau sekitar pukul 19.00-20.00. Tentara Israel akan melonggarkan penjagaannya diperbatasan, menghentikan serangannya ke daerah Gaza untuk menghormati umat Muslim yang sedang melaksanakan ibadah Sholat Tarawih. Lalu ayah kami juga mendapat kabar, tentang Pemerintah Mesir yang membuka wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Negara Palestina. Tepatnya di daerah perbatasan Rafah, untuk menerima warga Palestina yang menjadi korban dan membutuhkan perawatan khusus. Inilah salah satu kesempatan kami untuk keluar dari kota kelabu ini,  satu kesempatan agar kami bisa memandang senja yang lebih cerah dari biasanya, memandang senja yang lebih indah daripada biasanya, senja yang indah… seperti senja yang ada di surga. Senja yang cahayanya menyinari sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Cahayanya memantul di permukaan air nya, membuat taman bunga warna-warni yang ada di sampingnya terlihat bersinar. Sebuah Diorama Senja, Di Tanah Surga.  Meskipun sebenarnya, aku tak tahu, apakah di surga terdapat senja seperti itu. Namun setidaknya di buku bergambar itu… ada.

***

Jam ditanganku sekarang sudah menunjukkan pukul 19.45

“Sial… kita hampir kehabisan waktu. Ayo cepat!!!”  kata paman Ahmad yang berada di baris paling depan. Dibelakangnya ada Paman Yusuf, lalu aku yang berlari sambil menggendong adikku, lalu Paman Ali dan yang paling belakang adalah Ayahku.

Beberapa ratus meter lagi kami akan keluar dari wilayah Gaza dan sampai di wilayah Deir Al-Balah.

“Ayo.. tinggal sedikit lagi” kataku dalam hati.


***

Sekarang pukul 20.02

Dan kami masih belum keluar dari Gaza, terlihat dari kejauhan para Tentara Israel bersiap kembali untuk melakukan patroli di wilayah perbatasan. Kami pun berhenti sejenak untuk mengatur strategi.

“Bagaimana ini, mereka sudah ada di depan, kita tidak bisa menerobosnya” kata Paman Ahmad

“Baiklah, aku akan menarik perhatian mereka, kau jaga anak-anakku dan bawa mereka dengan selamat” Ayahku menimpali perkataan Paman Ahmad

“Tapi tidak bisa begitu, kita berangkat bersama-sama, kita harus keluar bersama-sama” kata Paman Ali. Paman Yusuf pun mengangguk.

“Tapi… sudah tidak ada waktu, aku akan menyusul tenang, ini satu-satunya kesempatan” kata Ayahku

“Baiklah kalau itu maumu, tapi biarkan aku menemanimu. Biar Yusuf dan Ali yang menjaga anakmu” kata Paman Ahmad.

“Fatih, jaga adikmu baik-baik ya” kata Ayah sembari melempar sebuah senyuman manis

“Tapi yah..”

“Tenang, Ayah dan Paman Ahmad akan menyusul” Lalu Ayah dan Paman Ali menghilang diantara semak-semak yang ada disana.

Sementara aku meneruskan perjalanan bersama Paman Ali dan Paman Yusuf.

***

Pukul 20.09

Tinggal beberapa meter lagi untuk bisa keluar dari wilayah Gaza. Namun, terdengar suara rentetan tembakan dari arah belakang kami.

“Paman, kita harus kembali” kataku yang panik mendengar rentetan tembakan tadi. Sementara Syifa yang  sedari tadi terlelap tidur pun terbangun menangis.

 Lalu terlihat satu orang Pasukan Tentara Israel berhasil menyusul kami.

“Tidak bisa, kita harus cepat Fatih”

Dan Tentara tersebut pun melepaskan tembakan senapan mesinnya dari kejauhan. Sebuah peluru mengenai kaki kiriku, aku terjatuh, begitu juga dengan Syifa, lalu peluru selanjutnya mengenai lambungku. Dan seketika itu semuanya berubah menjadi sangat terang. Terlihat  sebuah cahaya yang terang, sebuah cahaya senja yang sangat indah. Lalu dibawahnya mengalir beberapa sungai-sungai, cahaya senja itu memantul di permukaannya, dan membuat taman bunga di sampingnya terlihat indah. Disana aku melihat Ibu dan Ayah sedang duduk bahagia disana.

“Fatih… Tolong jaga adikmu baik-baik ya” Kata ibuku  

“Ya, kamu harus bisa jadi laki-laki yang kuat. Ayah titip Syifa padamu Fatih”

Mereka tersenyum kearahku…

Setelah itu semuanya menjadi gelap…


***

20 tahun kemudian…

Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan seumur hidupku. Adikku, Syifa, kini telah resmi lulus dari Universitas Al-Azhar Fakultas Kedokteran. Sungguh sebuah hal yang sangat membahagiakan bagiku, mengingat 20 tahun yang lalu, kami melewati peristiwa yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Ayah dan Paman Ahmad tak pernah kembali semenjak itu, entah bagaimana kondisinya sekarang, apakah masih hidup atau tidak, kami tidak pernah bisa memastikannya. Aku sendiri juga nyaris kehilangan nyawa, beruntung Paman Ali dan Paman Yusuf  berhasil menyelamatkanku, setelah berhasil mencapai daerah Rafah dan masuk wilayah Mesir, mereka bergegas membawaku ke rumah sakit terdekat untuk di operasi. Meskipun tertembak di daerah lambung, untung pelurunya tidak terlalu dalam sehingga masih bisa di keluarkan. Namun, kaki kananku terpaksa harus diamputasi karena peluru yang satunya lagi. Tidak apa, setidaknya aku masih bisah hidup pikirku. Setelah itu aku diberi modal oleh Paman Ali untuk membuka lapak dagangan di pasar. Dari itulah aku membiayai kuliah adikku dan makan sehari-hari. Kini kehidupan kami berangsur membaik.

“Kak kita berhenti disini yah, bentar lagi adzan, kita buka disini aja” Adikku memarkirkan mobilnya di sebuah lembah.

“Ya udah terserah kamu, kamu juga yang nyetir” Adikku pun menurunkan aku dari mobil beserta kursi rodaku.

“Kak, ingat gak waktu dulu, kita juga pernah duduk-duduk gini, nunggu buka puasa sambil mandang matahari senja diatas bangunan tua”

“Kamu masih inget aja Syifa”

Ingatanku kembali ke dua puluh tahun silam. Saat adikku masih berumur 4 tahun, kami memandang matahari senja dari atas gedung tua. Namun, senja kali ini sangat berbeda dari waktu itu. Senja yang ini lebih indah, cahaya jingganya berpendar sangat indah, memantul diatas permukaan Sungai Nil, membuat sebuah taman kecil di dekatnya terlihat indah sekali. Sebuah pemandangan yang mengagumkan. Sebuah diorama senja, di tanah surga.

***


foto merupakan editan dari potongan adegan anime 5 cm Persecond

Far... Above The Milky Way: Ledakan Supernova (END)

12 Juli 2014

     Bintang itu perlahan terlihat semakin dekat... Cahayanya yang berwarna kemerahan seakan memberi keteduhan ditengah ruang angkasa yang gelap dan hampa udara. Tubuh ini pun terasa semakin ringan, seperti buih yang terombang-ambing di laut lepas, seperti kapas yang tertiup angin dan terbang menuju ke atas, kini aku berada tepat di depan bintang berwarna kemerahan tersebut. Terus terbang mendekatinya dan mengelilinginya, mengagumi keindahannya dari jarak yang sangat dekat, hingga tiba-tiba... datang sebuah kabut hitam menutupinya, aku mencoba menyingkirkan kabut hitam itu dengan segala cara. Dan kemudian, terjadilah sebuah ledakan supernova, tubuhku terhempas sangat jauh... semakin menjauh daribintang tersebut, dan perlahan cahaya bintang tersebut meredup sampai akhirnya cahayanya benar-benar hilang.

      Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu terbangun pada jam yang sama dan oleh mimpi yang sama.



       “Ris jadi ke Bandung hari ini?”

       “Jadilah bro, udah pesen tiket kereta juga”

       “Gile.. ya lo, kenapa gak cari cewek yang lain sih, yang deket-deket aja gitu. Lagipula ini kan juga elo udah lama gak ketemu ama dia, yakin dia masih inget ama lo? Atau bisa jadi juga dia udah punya yang lain”

       “Nah itu, makanya gua mau mastiin sendiri kesana Za”

       “Oke bro, gua doain lancar barokah dah, kalo emang jodoh gak bakal kemana kok”


     Dan aku akhirnya berangkat ke Bandung dengan menggunakan kereta dari Stasiun Wonokromo. Sepanjang perjalanan aku sama sekali tidak bisa duduk dcngan tenang, ingin rasanya segera bisa melihat wajahnya yang begitu teduh dan membuat hati menjadi nyaman. Meskipun selama ini banyak sekali wanita yang dekat denganku tapi sama sekali tidak bisa menggeser posisi Amaltea dari pikiranku. Sampai-sampai pernah ada wanita yang berkata padaku.


       “Ris, wanita-wanita disini udah banyak loh yang bilang suka ama kamu, tapi kenapa sih kamu masih mikirin cinta monyetmu itu, belum tentu juga dia inget kamu atau bisa aja dia juga udah ada yang punya. Ngapain melihat bintang yang jauh sementara ada yang lebih deket?”

       “Asti... Bagiku, tak apa memimpikan bintang yang tinggi. Asalkan sudah siap dengan rasa sakitnya jatuh dari ketinggian.  Bagiku, tak apa memimpikan bintang yang jauh. Asalkan sudah siap dengan rasa perihnya mengagumi sesuatu yang sangat jauh, yang sulit untuk kita gapai, sedangkan ia belum tentu memiliki perasaan yang sama...."

       "Bagiku, tak apa memimpikan bintang yang bersinar indah. Asalkan sudah siap dengan segala konsekuensinya, bahwa sesuatu yang indah pasti banyak juga yang menginginkan dan bahwa keinginan mendapat sesuatu yang indah juga butuh pengorbanan yang sebanding. Meskipun bintang itu kini tidak terlihat, bintang itu tak pernah menghilang, hanya pandangan kitalah yang sering kali tertutup atau terhalang oleh sesuatu, sehingga seringkali kita tidak melihat cahaya bintang itu dengan utuh. Dan aku akan sabar untuk terus berlari.. mencari tempat agar dapat melihat keindahan tersebut dengan utuh.”


      Akhirnya keretapun berhenti di Stasiun Cimahi, aku pun meneruskan perjalanan dengan naik ojek hingga akhirnya akupun sampai pada alamat yang sedang kucari.

      “Assalamualaikum...” sambil mengetuk pintu sebuah rumah yang ada dihadapanku.

      “Wa alaikumsalam.. Ada apa?” lalu keluarlah seorang laki-laki muda, dari situ aku sempat khawatir kalau-kalau itu adalah Suami dari Tea.

       “Maaf apa benar ini kediaman Bapak Ardi?”

       “Ya benar saya sendiri. Ada apa?”

       “Oh... boleh ketemu dengan Tea”

       “Tea siapa?”

       “Amaltea Tamina Khoirunnisa. Katanya dia tinggal disini”

       “Oh kak Tea.. mas belum tahu dapat kabar dari teman-temannya ya?”

       “Kabar apa?”

       “Kak Tea sudah wafat 2 minggu yang lalu. Beliau meninggal karena serangan Kanker Otak”

       “Innalillahi wa innailaihi roji’un”  dan tanpa kusadari air mata mulai mengucur deras dari mataku. Sama sekali tak dapat terbendung

       “Oh berarti mas ini namanya Aris ya? Bentar ini sebelum kakak meninggal ada titipan katanya buat Mas Aris”


     Dan akupun membuka selembar surat yang diberikan padaku:

     Ris, aku yakin banget kamu bakalan datang kesini. Kamu gimana kabarnya Ris? Sehat kan? Semoga Allah memberikan kamu umur yang panjang lagi barokah, semoga kelak kamu dipertemukan dengan jodoh yang barokah, istri solehah lagi bisa melayani kamu dengan baik. Yah, aku gagal nepatin janjiku ke ibuku buatin alat yang bisa nyembuhin kanker otak. Eh.. sekarang malah aku yang kena. Tapi gak apa deh.. aku inget nasehat kamu waktu itu. Bahwa niat baik meskipun belum terlaksana tetep udah dapet pahala. Seperti katamu dulu.. aku gak menghilang kok. Aku hanya berpindah tempat jauh diatas sana.. Jauh diatas galaksi bima sakti, berada diantara ribuan gugusan bintang yang indah. Menghiasi malam yang indah. Bersinar dengan cahayanya yang terang. Cahaya yang berwarna kemerahan 
Kamu jaga kesehatan ya Ris? :) 
Salam Hangat 
Amaltea Tamina Khoirunnisa
    
     Sebuah surat yang singkat namun sangat bermakna bagiku. Meskipun ini semua begitu cepat tapi aku bersyukur setidaknya pernah bertemu dengannya. Meski kini ia berada sangat jauh... jauh diatas galaksi bima sakti.

     Tea, aku yakin kamu juga bahagia disana. Bisa melihat indahnya dunia dari sudut pandang yang enak banget, dari atas langit bersanding dengan ribuan bintang jauh diatas galaksi bima sakti. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang paling indah, yaitu di surga. Menjadi ratu dari para bidadari surga. Kapan-kapan kalau Allah mengizinkan.. kita bisa ketemu disana dan kali ini aku akan bikinin kompor listrik yang lebih bagus. Gak kayak kemarin yang amburadul bentuknya. 

Kamu juga baik-baik ya disana Tea :)  

Salam Hangat   
Aris Rahman Purnama Putra
 Untukmu Amaltea Tamina Khoirunnisa (1991 - 2014)

foto merupakan editan dari potongan salah satu adegan dalam anime 5 cm Per Second

Far... Above The Milky Way: Sebuah Nebula (3)

12 Juli 2010

     Mencintaimu seperti mengagumi bintang, hanya bisa melihat dari kejauhan, hanya bisa memandang keindahan sinaran cahayanya dari jauh, tanpa pernah bisa mendekatinya, tanpa pernah bisa meraihnya, hanya bisa mengagumi.... dan mengagumi dari jauh. Hanya bisa terus mendoakan agar dia dapat terus bersinar, agar terus memancarkan keindahan yang membuat malam-malam gelap menjadi lebih indah, dan pada akhirnya aku hanya bisa terus berharap, agar terus dapat melihat keindahan tersebut tanpa terhalang gedung pencakar langit, polusi udara dan segala macam hal yang menutupi keindahan bintang tersebut. Aku hanya ingin untuk terus dapat melihat keindahan bintang tersebut dengan seutuhnya.... walaupun takkan pernah bisa meraihnya.     
     
     Hari ini sendiri merupakan hari terakhir kami berdua bisa bertemu. Setelah ini Tea sendiri akan pindah ke Bandung untuk melanjutkan studinya di Teknik Elektronika Politeknik Negeri Bandung. Sementara aku sendiri baru saja resmi dinyatakan diterima di Universitas Airlangga Surabaya Jurusan Psikologi. 


     “Ris, maafin ya kalau aku pernah buat salah sama kamu”

     “Iya, aku juga minta maaf ya kalau aku selama ini sering banget juga ngejahilin kamu”

     “Hehe... kayaknya aku bakalan kangen nih kamu jahilin lagi”

     “Dari 7621 kali ada yang bilang kayak gitu ama aku, baru kamu doang yang bener-bener manusia”

     “Lah lainnya apaan?”

     “Makhluk Ekstraterrestrial dari planet Saturnus”


     Tawa kembali terlihat dari wajahnya, mengingatkan aku pada saat pertama kali kita bertemu. Saat yang mungkin tak pernah akan kulupakan seumur hidupku.


     “Tea.. sebelum kamu pergi aku boleh gak minta alamat kamu yang di Bandung, siapa tahu aku mau main kesana” Iapun menuliskan sebuah alamat pada secarik kertas, ia lalu memberikannya padaku.

     “Tea.. cinta memang tidak harus memiliki, tapi setiap orang yang mencintai pasti mempunyai rasa ingin memiliki satu sama lain. Dan itu lumrah. Maka bersabarlah.. Kosongkan singgasana hatimu hanya untuk insan yang dipilih-Nya sebagai penggenap agamamu” sebuah kata-kata terakhir keluar begitu saja dari mulutku


     Ia hanya membalas dengan senyuman. Kemudian kamipun benar-benar berpisah dan putus kontak satu sama lain.

Ya Allah.. If I am to fall in love, let me touch the heart of someone whose heart is attached to you.

***


Far... Above The Milky Way: Mengorbit (2)

19 September 2008 

      Bintang itu tak pernah menghilang, hanya pandangan kitalah yang sering kali tertutup atau terhalang oleh sesuatu, sehingga seringkali kita tidak melihat cahaya bintang itu dengan utuh. Dan aku akan sabar untuk terus berlari.. mencari tempat agar dapat melihat keindahan tersebut dengan utuh.




     Malam ini entah kenapa tubuhku rasanya sangat lelah, sejak tadi siang tubuhku belum beristirahat sama sekali setelah terpaksa harus menemani Tea untuk mengerjakan tugas di rumahnya bersama teman-temannya. Ia mengetahui kalau aku pandai dalam hal membuat kerajinan tangan, dan ia akhirnya meminta bantuanku untuk membuat sebuah kompor dari cetakan gips untuk digunakan membuat kompor listrik. Aku membawa sebuah cetakan sederhana dari rumah dan sampai pada akhirnya aku berhasil membuat 4 buah kompor dengan cetakan gips tersebut. Disela-sela membuat kompor aku banyak bercerita dengan Tea tentang kehidupanku, keluarga dan tentang banyak hal. Begitupun Tea yang juga banyak bercerita tentang dirinya juga tentang kematian ibunya dua tahun yang lalu.


      “Yang sabar ya Tea, rasulullah juga kehilangan ibunya kok malah pas umurnya masih kecil banget”

      “Iya Ris, sebenernya tujuanku ngambil jurusan elektro itu ya.. dulu aku pernah janji ama ibuku sebelum ia meninggal, aku pengen nyiptain sebuah alat untuk nyembuhin penyakit ibuku”

      “Emang penyakit ibumu apa?”

      “Kanker Otak”

    “Sabar ya Tea, Aku yakin ibumu tidak benar-benar menghilang, ia hanya berpindah tempat. Kini ia berada jauh diatas sana.. jauh diatas galaksi bima sakti. Berada diantara ribuan gugusan bintang yang indah. Menghiasi malam yang hitam dan kelam dengan cahayanya yang indah. Sebuah cahaya indah.. berwarna kemerahan. "


     Suasana seketika berubah menjadi hening, tak pernah kusangka dibalik topeng ketegaran dan keceriaan yang dipakainya setiap hari terdapat kesedihan yang amat sangat dibaliknya. Aku dengan teman Tea yang lain pun berusaha menghiburnya dengan berbagai cara. Kami juga sholat Maghrib dan Isya berjamaah di sebuah masjid yang ada di dekat rumahnya. Sampai akhrinya matahari mulai nampak redup dan berganti dengan cahaya bulan, aku memutuskan berpamitan padanya untuk pulang.

     Sesampainya di rumah aku memutuskan untuk langsung naik ke lantai 2 rumahku untuk berbaring dan bersantai sembari memandangi langit. Lantai 2 rumahku adalah bangunan yang belum terselesaikan: dengan dinding yang belum berdiri utuh, batu-bata yang berserakan dan juga atap yang belum dipasang. Aku biasa membawa sebuah kasur lipat untuk kugunakan berbaring di lantai atas, memandangi langit malam yang indah, melihat barisan bintang-bintang yang berjajar rapi menghiasi langit yang gelap. Namun perhatianku hanya tertuju pada sebuah bintang, bintang yang berwarna kemerahan yang terlihat terang dari bintang-bintang yang lain, bintang tersebut letaknya agak jauh dari kumpulan bintang-bintang yang lain, meski begitu ia seakan tak pernah terlihat sedih dan kehabisan tenaga untuk menghiasi langit dunia. Lalu dalam sunyinya malam, akupun teringat dengan sebuah bait dalam salah satu lagu yang pernah kudengar:

Hello, little star  Are you doing fine? 

I'm lonely as everything in birth 

Sometimes in the dark 

When I close my eyes 

I dream of you, the planet earth 


If I could fly across this night 

Faster than the speed of light 

I would spread these wings of mine 

Through the years and far away 

Far beyond the milky way 

See the shine that never blinks 
   
The shine that never fades 

(Through The Years and Far Away – A.I Miyoko)

     Hingga pada akhirnya sebelum mataku benar-benar terpejam, aku melihat wajahnya muncul di dekat bintang berwarna kemerahan tersebut.

***

Far... Above The Milky Way: Kemunculan Bintang Merah (1)

20 Juli 2008

     Cinta adalah sebuah hal yang sangat sulit dipahami, ribuan kali kita berusaha untuk memahaminya maka jutaan kali kita akan dibuat bingung olehnya. Seperti udara yang kita dapat rasakan keberadaannya, tanpa perlu menjelaskan bagaimana sebenarnya udara itu datang, bagaimana udara itu bisa kita rasakan, atau bagaimana udara itu bisa senantiasa hadir di sekeliling kita. Yang jelas udara itu terasa adanya. Semua orang juga pasti pernah merasakan getarannya, getaran yang kita rasakan ketika melihat seseorang yang spesial, sebuah getaran yang muncul begitu saja, tidak pernah bisa terjelaskan, hanya mengalir secara natural begitu saja.

     Waktu itu aku baru saja dinyatakan diterima di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surabaya dan sedang mengikuti kegiatan MOS. Kami berkumpul di tengah lapangan sekolah. Suasana sangat ramai dan hiruk pikuk, tapi tidak dengan hatiku yang selalu merasa sepi dan sunyi. Sejak kecil aku selalu mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga aku kesulitan untuk mendapatkan teman. Namun, di tengah kerumunan para siswa yang berkumpul, ada seorang wanita yang nampaknya sedari tadi melihat ke arahku, ia mengenakan seragam putih abu-abu dengan lengan dan rok yang panjang, mengenakan jilbab berwarna merah tua yang panjangnya sampai menutupi bagian dadanya. Ia tersenyum manis sambil perlahan melangkah ke arahku.

     “Mas, maaf asalnya mas dari SMP mana?”

     “Oh, SMP Negeri 30 Surabaya, kalau mbak sendiri?”

     “Kalau saya dari desa mas, dari SMP Negeri 2 Kediri”

     “ HAH SIAPA YANG DIKEBIRI MBAK???”

     “Kediri mas, bukan Kebiri”

     
     Tawa mulai terlihat di wajahnya, lalu kami berdua mulai mengobrol banyak hal, mulai dari tentang bagaimana bisa masuk ke sekolah ini, hingga suasana di sekolah yang sebelumnya. Sampai pada akhirnya aku mencoba memperkenalkan diriku.


     “Oh by the way... nama saya Aris Rahman Purnama Putra, panggilannya Aris tapi juga  biasa dipanggil Mas terutama oleh mbak-mbak yang lagi nanya alamat” kataku sambil menjulurkan tangan

      “Perkenalkan nama saya Amaltea Tamina Khoirunnisa, panggil saja Tea atau Nisa, asal jangan dipanggil Amal aja” jawabnya sambil tersenyum, namun ia tidak menyambut uluran tanganku, ia berlalu begitu saja. Dari situ aku mengerti kalau ia adalah wanita yang baik, ia sedang menjaga dirinya agar tidak disentuh oleh yang bukan mahromnya. Berusaha menjaga dirinya sebaik mungkin untuk pada akhirnya ia benar-benar seutuhnya menjadi milik suaminya kelak.


     Sejak itu aku mulai akrab dengan dia, ya selain karena aku tidak mempunyai banyak teman tapi aku juga merasa nyaman ketika berbicara dan mengobrol dengan dia, kami masuk dalam jurusan yang berbeda, tapi meskipun begitu, kami sering bertemu dan mengobrol terutama ketika jam istirahat dan pulang sekolah. Meskipun sangat dekat, tapi kami selalu mempunyai batasan-batasan dalam berinteraksi, kami tidak pernah bersentuhan ataupun duduk berduaan. Kami berdua saling mengerti dan berusaha menjaga agar tidak sampai melanggar syariat-syariat yang ada.

     Sepulang sekolah kami selalu bertemu di satu tempat yang sama yaitu Mushola yang ada di dekat sekolah untuk melaksanakan sholat dzuhur, aku sering dimintanya untuk menjadi Imam, meskipun aku sering kali menolak dan menyuruh teman ku yang lain untuk menjadi Imam. Namun, pernah suatu hari hanya ada kami berdua yang ada di Mushola tersebut, sehingga terpaksa kali ini aku yang menjadi Imam. Dengan perasaan campur aduk aku pun mulai memulai melakukan takbir. Entah kenapa sangat sulit sekali pada saat itu mencoba khusyuk. Setelah sholat selesai kami berdua saling melempar senyum pada masing-masing lalu ia beranjak pergi.


     “Ris, aku pulang dulu ya..”

     “Oh iya, hati-hati ya” jawabku


     Lalu ia pun beranjak pergi. Sementara itu aku masih duduk termenung di dalam masjid, berpikir kesana–kemari, sampai akhirnya aku menengadahkan tangan dan berdoa, sebuah doa yang terpanjang mungkin yang pernah ku ucapkan.

   “Ya Allah, sesungguhnya tahu benar aku bahwa segala macam amalan ibadah yang dilakukan harus didasari dengan niat yang mukhlis untuk mendapat ridho-Mu. Tahu benar aku bahwa ibadah tidak boleh dicampuri niat-niat lain seperti ujub, pamer dsb. Tahu benar aku bahwa ibadah yang dilakukan dengan selain niat karena mengharap balasan-Mu hukumnya adalah syirik... dan syirik adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Namun entah kenapa... hati ini rasanya tidak sanggup menahan godaan itu ketika dia berada di belakangku. Ketika kami berdua sholat dzuhur berjama’ah, aku menjadi imam dan dia menjadi makmum, entah mengapa tiba-tiba  menjadi sulit sekali untuk hati, pikiran, dan anggota badan ini untuk bersinkronisasi agar bisa khusyuk dan tumakninah dalam melakukan setiap gerakan-gerakan dalam sholat, entah kenapa selalu muncul siluet berwarna hitam putih, yang selalu datang mengganggu kekhusyukan ibadahku, yaitu tentang sebuah keinginan untuk benar-benar bisa menjadi imam yang baik baginya dalam ikatan suci pernikahan. Ya Allah yang Maha Pengampun, ampunilah dosa hambamu ini, semoga hambamu bisa lebih mengendalikan perasaan ini, meskipun itu berarti harus menikam hati ini setiap detik...setiap waktu”


***

Tipe-Tipe Murid Yang Lagi Ngerjain UN (Ujian Nasional)

#nb: Tulisan ini terinspirasi dari video buatan Da Lopez Brother @skinnyindonesian24 berjudul TIPE PEMILIH PEMILU http://www.youtube.com/watch?v=rtYvQZ_wU9Y  dan thread di kaskus http://www.kaskus.co.id/thread/536882330e8b4656350001f0.

Bacanya kagak usah serius amat, nyante aja gan :))


Selama kita mengikuti yang namanya Ujian Nasional, Kita pasti banyak banget menemui beraneka ragam tipe murid yang lagi ngerjain UN. Dan ane akan berusaha merangkumnya dan mengklasifkasikannya menjadi beberapa ordo #halah

Tipe 1. "The Murid Genius Guy"

"Hahaha ini soalnya gampang banget, oh yang ini ngerjainnya pake rumus statistika b ditambah seper sepuluh n kurangi fa per fd dikali p"

Padahal lagi ngerjain soal Sosiologi :hammer:

Tipe 2.  "The Galau Akut Guy"

Pengawas: Dodit kenapa kamu malah nangis? waktu ujian kurang 23 menit lagi.

Murid: Ini bu saya lagi galau, ini ada nama mantan saya keluar di soal, padahal kita jadian udah 23 bulan kurang 21 hari eh dia malah mutusin saya gara-gara saya lupa sms ngingetin dia makan.


Pengawas: Eh malah curhat...emang siapa nama pacar kamu?

Murid: Namanya Nega bu...nama panjangnya.... Negasi dari pernyataan ini. :hammer:

#akurapopo

Tipe 3. "The Laskar Pelangi Guy"

*Pengawas lagi keliling untuk meriksa*

Pengawas: Dodit waktu kurang 25 menit, kok kamu belum jawab sama sekali?

Dodit: Tenang bu, saya kan Anggota Laskar Pelangi, kan ada lagunya... Laskar Pelangi... Takkan terikat waktu. Jadi saya bebas ngumpulin kapan aja

Tipe 4. "The Anak Alim Yang Berserah Diri Kepada Tuhannya Guy"

*beberapa menit sebelum ujian*

"Ya Allah, semoga baim pada ujian kali ini bisa melakukannya dengan baik Ya Allah, mendapat nilai baik Ya Allah. Sehingga baim bisa membahagiakan kedua orang tua Baim. Orang tua Baim sudah sakit 2 bulan, beliau rela menunda pengobatannya karena uangnya mau dipake baim buat persiapan ujian. Kakak baim juga terpaksa kerja dari pagi sampai malam menjadi pembantu agar Baim bisa meneruskan ke jenjang berikutnya. Ya Allah, kami terpaksa tidak makan 3 hari untuk bisa membeli lampu belajar untuk Baim supaya nyaman dalam belajar. Ya Allah  kabulkanlah doa Baim, Aamiin" *Dan satu kelaspun ikut meng Aamiinni doa Baim ampe Pengawasnya pun turut terharu*

Tipe 5: "The Anak Mencari Kesempatan Dalam Kesempitan Guy"

Ketika seisi kelas dan pengawas lagi terharu mendengar doanya si Baim, eh ternyata ada yang manfaatin momen ini untuk buka kunci jawaban. :genius:

Tipe 6: "The Anak Berjiwa Nasionalis Guy"

Ketika dia mempergoki temennya yang tipe 5 lagi nyontek, dia langsung menghampirinya dan menegurnya.

"Dodit, apa yang kamu lakuin dit? kamu memanfaatkan situasi mengharukan seperti ini untuk kepentinganu sendiri, dimana rasa kemanusiaanmu Dit? kamu tak ubahnya seperti para koruptor yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingannya sendiri" *TalkingLikeABoss*

Tipe 7: "The Ngantuk Karena Abis Ngeronda Guy"

Ditengah keriuhan yang terjadi di dalam kelas, petir menyambar, gajah jatuh dari langit, tukang cendol lewat, tukang baso nongol dari dalam meja, dia masih aja molor. Maklum abis ngeronda cuy.

Tipe 8: "The Kebanyakan Nonton Indonesian Idol Guy

"Woi dit, jawaban nomer 7 apa?

Kalau aku sih YES, gak tahu dah kalo Dhani. :hammer:

Tipe 9: "The Fansnya Ebiet G. Ade Guy"

Woi dit, jawaban nomer 7 apa?

Barang kali disana ada jawabnya... Mengapa di tanahku terjadi bencana.....coba tanyakan saja pada....rumput yang bergoyang.

Tipe 10: "The Fansnya Raditya Dika Guy"

Woi dit, jawaban nomer 7 apa?

Kalo ngelihat nomer 7 gua jadi keingetan ama mantan gua, waktu itu kami jalan berduaan di mall, gua masuk ke sebuah distro. Waktu itu gue nawarin ke pacar gua

"Yang kamu mau beli baju gak?" dan dia menjawab "Gak ah, entar nyusahin" Terus gua bilang lagi "Oke kalo gitu" kami pun keluar distro.

Tapi, ditengah perjalanan pacar gua ngambek

"Kamu gak peka amat sih, kalo cewek bilang enggak itu artinya dia mau bilang iya cuma gengsi"

"lah aku mana tau sayang, kenapa gak to the point aja"

"Ah, bodoh amat, dasar cowok brengs*k"

"Aku gak brengs*k"

"Berarti kamu homo"

Tipe 11: "The Jago Gombal Guy"

Temennya: Dit, jawaban nomer 7 apa?

Dodit: Kagak tahu, btw kamu tahu gak perbedaan aku dengan Hukum Monism?

Temennya: Kagak tahu, emang apa?

Dodit: Hukum Monism berpendapat bahwa hukum internasional dan hukum nasional merupakan satu kesatuan. Kalo aku berpendapat aku dan kamu merupakan satu kesatuan yang kelak akan terikat dengan satu jalinan yang disebut pernikahan #GombalLikeABoss

Tipe 12: "The Cinta Lingkungan Guy"

*Pengawas membagikan kertas Lembar Jawaban dan Soal*

Pak pengawas tahu gak? dalam membuat satu lembar soal dan jawaban seperti ini, dibutuhkan 7 pohon berumur 6 tahun. Jadi Ribuan pohon ditebang percuma hanya dalam sekali UNAS ini. Saya gak mau ikut ujian pak kalau masih seperti ini. *Dan dia pun langsung pulang*

Tipe 13: "The Telinganya Kurang Bener Guy"

Temennya: Dit, nomer 7 apaan?

Dodit: Hah nomer 70? soalnya aja cuma 50. bejimane sih lu tong?

Temennya: Nomer 7 kampret.

Dodit: Hah ada babi ngepet? siang-siang gini mana ada babi ngepet

Temennya: Ampuun dah

Dodit: Yeee... dibilangin malah minta sabun.

Tipe 14: "The Simpatisan Jokuwi Guy"

"Wah, ada gambarnya Jokuwi, gunting ah" *Yang lain sibuk ngerjain soal UN, dia malah sibuk kliping*

Tipe 15: "The Cap Cip Cup Guy"

"Eh yang ini susah banget ah, cap cip cup aja deh"

Tipe 16: "The Pecinta Teori Konspirasi Guy"

"Hmm... ini dari tadi jawabannya berturut-turut A terus, yang ini pasti jawabannya  juga A."

Tipe 17: "The Kalau Jodoh Gak Kemana Guy"

"He...Asti, kamu nomer 6 tadi jawab apaan?"

"Aku jawab A, kalo kamu?"

"Wah aku juga A, jangan-jangan kita jodoh, kalo gitu mau gak kamu nikah ama aku?"

*Akhirnya sebulan setelah pengumuman kelulusan, mereka berdua menikah dan hidup bahagia selamanya*

Tipe 18: "The Tukang Nyontek Like A Boss Guy"

"Bro, jawaban nomer 1-40 apa bro?"

"Buset dah, baru juga 7 menit ujian dimulai :hammer "

Tipe 19: "The Dedengkotnya Tukang Nyontek Guy"

Pura-pura mules dan pergi ke toilet untuk ngambil contekan yang di simpen di dalem celana dalem, eh pas diambil ternyata contekannya basah dan berlendir. Dan akhirnya ia kembali lagi ke ke kelas dengan tatapan mata nanar.

Termasuk tipe manakah kalian? :v

Kartini Masa Kini, Masa Gitu?

Setiap tanggal 21 April kita selalu memperingati yang namanya Hari Kartini, hari dimana kita semua mengenang perjuangan R.A Kartini dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Semasa TK-SMA pun kita pernah dong yang namanya ngerayain Hari Kartini. 

Hari dimana para wanita dipaksa pake kebaya tembus pandang ampe usus 12 jarinya kelihatan, juga dipaksa pake konde segede sangkar burung ampe terkadang burung aja sering nyasar dan bertelur disana gara-gara ngira itu sangkarnya, dan juga merupakan hari dimana semua cewe make up nya jadi pada tebel-tebel sampai-sampai bikin orang yang ada di deketnya langsung kena TBC. 

Apa itu yang namanya mengenang/memperingati jasa Ibu Kartini?

 Hari dimana seharusnya para wanita intropeksi agar menjadi wanita yang lebih baik, hari dimana para wanita harusnya meneladani perjuangan-perjuangan Ibu Kartini di masa lampau telah dirubah menjadi pesta kostum yang setara dengan Halloween kalau di luar negeri. Harusnya sekolah-sekolah lebih memilih mengadakan acara yang lebih mendidik moral para "calon-calon" kartini masa depan di Hari Kartini ini. Seperti mengadakan bakti sosial di panti jompo, yang memang kebanyakan penghuninya merupakan istri-istri para veteran pejuang yang suaminya sudah meninggal dan tidak terurus, melakukan penyuluhan/seminar tentang apa saja yang berhubungan tentang wanita atau apalah yang bermanfaat pokoknya bukan malah meniru budaya barat yang gak ada manfaatnya. Bener gak ladies?

Dan akibat dari semenjak kecil kita dicekoki doktrin yang salah tentang hari kartini, kartini-kartini masa kini jadi sangat memprihatinkan moralnya. Banyak cewek yang jalan-jalan cuma pake hot pants buset dah indonesia udah panasnya gak ketulungan gini masih berani pake hot pants harusnya kan pake cool pants atau wet pants, terus cewek-cewek yang jalan di mall pada make baju "u can see" kan kita para lelaki jadi tergoda pengen "see" untungnya kagak ada yang pake baju "u can touch" bisa-bisa para lelaki tergoda untuk bisa "touch".

Belum lagi fenomena wanita pedes-pedesan (baca:cabe-cabean) itu bener-bener bikin miris banget, mungkin kalo Kartini diberi kesempatan untuk pergi ke masa lalu, dia gak bakal memperjuangin hak wanita kalo akhir-akhirnya jadinya malah kayak gini. Untungnya akhir-akhir ini lagi ngetren yang namanya hijab namun lama kelamaan hijab pun turun derajatnya. Dari yang semula untuk menyempurnakan ibadah sekarang jadi fashion belaka. Banyak yang pake jilbab tapi pake baju renang, banyak yang hijabnya gak syar'i dan yang lebih ekstrim biasanya di atas jilbabnya ada hiasan bunga, batang tebu, pohon rambutan, kenapa gak sekalian di jadiin perkebunan kelapa sawit aja tuh jilbab?

Kartini Masa Kini, Masa Gitu?

Wanita setara dengan laki-laki itu salah banget, karena sejak dulu wanita itu lebih tinggi derajatnya sampe rasulullah aja nyebut nama ibu tiga kali dan bapak hanya sekali. Dalam sebuah keluarga peran wanita juga sangat besar, harus ngatur keuangan, belanja, masak, ngepel, nyuci baju, ngurus anak, melayani suami diatas ranjang (#eh) jadi ibaratnya suami sebagai imam dan tulang punggung keluarga, istri yang jadi tulang rusuknya.

Wanita itu harus lebih kuat, tegar, tahan banting, higienis, murah dan  harga terjangkau (kayak iklan aja) Seperti kata pepatah men sana in corpore sano, di balik laki-laki yang hebat terdapat wanita yang pandai mendesah eh maksudnya di balik laki-laki hebat terdapat wanita yang sholehah.

Kalau nanti negara ini maju, itu bukan karena presidennya suka blusukan atau hobi nonton konser metal, tapi karena wanita-wanita tangguh yang berhasil mendidik anaknya dengan baik hingga menjadi pemuda-pemuda yang bisa memajukan bangsa. 

Selamat hari kartini para wanita :)

 
Rumah Untuk Amaltea Blogger Template by Ipietoon Blogger Template