Saturday, July 26, 2014

Far... Above The Milky Way: Kemunculan Bintang Merah (1)

20 Juli 2008

     Cinta adalah sebuah hal yang sangat sulit dipahami, ribuan kali kita berusaha untuk memahaminya maka jutaan kali kita akan dibuat bingung olehnya. Seperti udara yang kita dapat rasakan keberadaannya, tanpa perlu menjelaskan bagaimana sebenarnya udara itu datang, bagaimana udara itu bisa kita rasakan, atau bagaimana udara itu bisa senantiasa hadir di sekeliling kita. Yang jelas udara itu terasa adanya. Semua orang juga pasti pernah merasakan getarannya, getaran yang kita rasakan ketika melihat seseorang yang spesial, sebuah getaran yang muncul begitu saja, tidak pernah bisa terjelaskan, hanya mengalir secara natural begitu saja.

     Waktu itu aku baru saja dinyatakan diterima di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surabaya dan sedang mengikuti kegiatan MOS. Kami berkumpul di tengah lapangan sekolah. Suasana sangat ramai dan hiruk pikuk, tapi tidak dengan hatiku yang selalu merasa sepi dan sunyi. Sejak kecil aku selalu mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga aku kesulitan untuk mendapatkan teman. Namun, di tengah kerumunan para siswa yang berkumpul, ada seorang wanita yang nampaknya sedari tadi melihat ke arahku, ia mengenakan seragam putih abu-abu dengan lengan dan rok yang panjang, mengenakan jilbab berwarna merah tua yang panjangnya sampai menutupi bagian dadanya. Ia tersenyum manis sambil perlahan melangkah ke arahku.

     “Mas, maaf asalnya mas dari SMP mana?”

     “Oh, SMP Negeri 30 Surabaya, kalau mbak sendiri?”

     “Kalau saya dari desa mas, dari SMP Negeri 2 Kediri”

     “ HAH SIAPA YANG DIKEBIRI MBAK???”

     “Kediri mas, bukan Kebiri”

     
     Tawa mulai terlihat di wajahnya, lalu kami berdua mulai mengobrol banyak hal, mulai dari tentang bagaimana bisa masuk ke sekolah ini, hingga suasana di sekolah yang sebelumnya. Sampai pada akhirnya aku mencoba memperkenalkan diriku.


     “Oh by the way... nama saya Aris Rahman Purnama Putra, panggilannya Aris tapi juga  biasa dipanggil Mas terutama oleh mbak-mbak yang lagi nanya alamat” kataku sambil menjulurkan tangan

      “Perkenalkan nama saya Amaltea Tamina Khoirunnisa, panggil saja Tea atau Nisa, asal jangan dipanggil Amal aja” jawabnya sambil tersenyum, namun ia tidak menyambut uluran tanganku, ia berlalu begitu saja. Dari situ aku mengerti kalau ia adalah wanita yang baik, ia sedang menjaga dirinya agar tidak disentuh oleh yang bukan mahromnya. Berusaha menjaga dirinya sebaik mungkin untuk pada akhirnya ia benar-benar seutuhnya menjadi milik suaminya kelak.


     Sejak itu aku mulai akrab dengan dia, ya selain karena aku tidak mempunyai banyak teman tapi aku juga merasa nyaman ketika berbicara dan mengobrol dengan dia, kami masuk dalam jurusan yang berbeda, tapi meskipun begitu, kami sering bertemu dan mengobrol terutama ketika jam istirahat dan pulang sekolah. Meskipun sangat dekat, tapi kami selalu mempunyai batasan-batasan dalam berinteraksi, kami tidak pernah bersentuhan ataupun duduk berduaan. Kami berdua saling mengerti dan berusaha menjaga agar tidak sampai melanggar syariat-syariat yang ada.

     Sepulang sekolah kami selalu bertemu di satu tempat yang sama yaitu Mushola yang ada di dekat sekolah untuk melaksanakan sholat dzuhur, aku sering dimintanya untuk menjadi Imam, meskipun aku sering kali menolak dan menyuruh teman ku yang lain untuk menjadi Imam. Namun, pernah suatu hari hanya ada kami berdua yang ada di Mushola tersebut, sehingga terpaksa kali ini aku yang menjadi Imam. Dengan perasaan campur aduk aku pun mulai memulai melakukan takbir. Entah kenapa sangat sulit sekali pada saat itu mencoba khusyuk. Setelah sholat selesai kami berdua saling melempar senyum pada masing-masing lalu ia beranjak pergi.


     “Ris, aku pulang dulu ya..”

     “Oh iya, hati-hati ya” jawabku


     Lalu ia pun beranjak pergi. Sementara itu aku masih duduk termenung di dalam masjid, berpikir kesana–kemari, sampai akhirnya aku menengadahkan tangan dan berdoa, sebuah doa yang terpanjang mungkin yang pernah ku ucapkan.

   “Ya Allah, sesungguhnya tahu benar aku bahwa segala macam amalan ibadah yang dilakukan harus didasari dengan niat yang mukhlis untuk mendapat ridho-Mu. Tahu benar aku bahwa ibadah tidak boleh dicampuri niat-niat lain seperti ujub, pamer dsb. Tahu benar aku bahwa ibadah yang dilakukan dengan selain niat karena mengharap balasan-Mu hukumnya adalah syirik... dan syirik adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Namun entah kenapa... hati ini rasanya tidak sanggup menahan godaan itu ketika dia berada di belakangku. Ketika kami berdua sholat dzuhur berjama’ah, aku menjadi imam dan dia menjadi makmum, entah mengapa tiba-tiba  menjadi sulit sekali untuk hati, pikiran, dan anggota badan ini untuk bersinkronisasi agar bisa khusyuk dan tumakninah dalam melakukan setiap gerakan-gerakan dalam sholat, entah kenapa selalu muncul siluet berwarna hitam putih, yang selalu datang mengganggu kekhusyukan ibadahku, yaitu tentang sebuah keinginan untuk benar-benar bisa menjadi imam yang baik baginya dalam ikatan suci pernikahan. Ya Allah yang Maha Pengampun, ampunilah dosa hambamu ini, semoga hambamu bisa lebih mengendalikan perasaan ini, meskipun itu berarti harus menikam hati ini setiap detik...setiap waktu”


***

0 comments:

Post a Comment

 
Rumah Untuk Amaltea Blogger Template by Ipietoon Blogger Template