Friday, December 5, 2014

PROMPT #73: Pelangi di Mata Senja

gambar diambil dari vachzar.com
Pria tua itu sudah sedari tadi  duduk di sofa dan memandang ke luar jendela. Hingga riuh kegaduhan memecah lamunannya.

“Senja, kamu mau kemana?” tanya sang ayah sembari menghampiri gadis kecil tersebut.

“Aku mencium bau yang segar ayah, pasti di luar lagi turun hujan.” Anak itu terus mencoba meraba-raba dinding dan mencari pintu keluar.  

Hampir setiap hari anak semata wayangnya—Senja, sibuk bertanya-tanya tentang segala hal mengenai hujan. Bagaimana bentuknya, suasananya, warnanya, pertanyaan-pertanyaan itu terus keluar darinya, memang Senja adalah gadis kecil yang memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi dibanding anak-anak seusianya. Dan hujan adalah salah satu hal yang begitu disukainya, ketika aromanya menyeruak masuk melalui celah-celah jendela, hidungnya akan segera membunyikan alarm yang menggerakan badannya untuk segera keluar rumah, menikmati sensasi dinginnya bulir-bulir air yang tumpah dari langit.

Senja begitu tertarik dengan hujan karena almarhumah ibunya sangat sering sekali bercerita kepadanya dan membacakan buku-buku dongeng tentang keindahan hujan. Sayangnya sekitar dua minggu yang lalu, sang ibu meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan cerita tentang hujan adalah satu-satunya kenangan yang ditinggalkan kepadanya.

Kini, diantarlah anak itu menuju halaman rumah oleh ayahnya. Di tengah hujan yang mericis-ricis, Senja terus menatap ke atas meski pandangannya terhalang oleh perban yang menutupi matanya.  

“Apakah kamu ingin melihat keindahan langit ketika hujan, Senja?” Mata pria tua itu tak henti memandangi ekspresi kebahagiaan dari wajah sang anak.

“Pengen banget, Yah.” Senja merajuk pada ayahnya. 

Ya, sebenarnya ini memang waktu yang tepat untuknya memberi kejutan pada anaknya, sehari yang lalu, dokter menyatakan kalau operasi Senja berhasil dan hari ini perban yang membelenggu matanya bisa lekas dilepas. Tapi pria itu masih ragu, ada perasaan bergejolak dalam hatinya antara sedih dan bahagia.

Akhirnya dengan perasaan yang campur aduk, dibukalah perban itu secara perlahan.

"Yah, ini namanya apa?" dengan penglihatan yang masih kabur, gadis tersebut memandangi langit, tangannya tak henti mencoba mengais-ngais air yang berjatuhan dari atas.

"Ini namanya hujan,” jawab ayahnya sambil terus memegangi pundak gadis tersebut.

"Wah, ternyata hujan itu indah ya, Yah." Gadis itu terus menatap kagum pada setiap bulir-bulirnya yang tumpah dari atas langit. "Seneng deh, sekarang Senja gak cuma bisa mencium baunya, tapi juga ngelihat setiap tetesnya."

Ketika ia melihat mata itu, ada perasaan haru mengambang, hingga air mata menggenang, menggetarkan setiap persendiannya, mengekang ujung bibirnya. Senyap.  

Pelangi di matamu, 
Membuatku tak pernah lelah tuk merindu.
Membuatku tak pernah lelah mendengar ceritamu.
Membuatku tak pernah lelah menunggumu.
Tapi kini, pelangi itu tak ada lagi.
Hilang ditelan badai.

"Ayah kenapa nangis...?"

Air matanya makin mengucur deras, beruntunglah tetes hujan mampu menyamarkannya, kini setiap ia memandang mata anaknya, ia akan selalu teringat kembali kenangan indah dengan istri yang begitu dicintainya—Pelangi.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Inspirasi FF dari puisi: Maya Indah
Jumlah kata: 432

MFF PROMPT #73: Pelangi


1 comments:

  1. Yaps, pertama kalinya berpartisipasi dalam Prompt, mohon bimbingannya :D

    ReplyDelete

 
Rumah Untuk Amaltea Blogger Template by Ipietoon Blogger Template