Saturday, July 26, 2014

Far... Above The Milky Way: Ledakan Supernova (END)

12 Juli 2014

     Bintang itu perlahan terlihat semakin dekat... Cahayanya yang berwarna kemerahan seakan memberi keteduhan ditengah ruang angkasa yang gelap dan hampa udara. Tubuh ini pun terasa semakin ringan, seperti buih yang terombang-ambing di laut lepas, seperti kapas yang tertiup angin dan terbang menuju ke atas, kini aku berada tepat di depan bintang berwarna kemerahan tersebut. Terus terbang mendekatinya dan mengelilinginya, mengagumi keindahannya dari jarak yang sangat dekat, hingga tiba-tiba... datang sebuah kabut hitam menutupinya, aku mencoba menyingkirkan kabut hitam itu dengan segala cara. Dan kemudian, terjadilah sebuah ledakan supernova, tubuhku terhempas sangat jauh... semakin menjauh daribintang tersebut, dan perlahan cahaya bintang tersebut meredup sampai akhirnya cahayanya benar-benar hilang.

      Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu terbangun pada jam yang sama dan oleh mimpi yang sama.



       “Ris jadi ke Bandung hari ini?”

       “Jadilah bro, udah pesen tiket kereta juga”

       “Gile.. ya lo, kenapa gak cari cewek yang lain sih, yang deket-deket aja gitu. Lagipula ini kan juga elo udah lama gak ketemu ama dia, yakin dia masih inget ama lo? Atau bisa jadi juga dia udah punya yang lain”

       “Nah itu, makanya gua mau mastiin sendiri kesana Za”

       “Oke bro, gua doain lancar barokah dah, kalo emang jodoh gak bakal kemana kok”


     Dan aku akhirnya berangkat ke Bandung dengan menggunakan kereta dari Stasiun Wonokromo. Sepanjang perjalanan aku sama sekali tidak bisa duduk dcngan tenang, ingin rasanya segera bisa melihat wajahnya yang begitu teduh dan membuat hati menjadi nyaman. Meskipun selama ini banyak sekali wanita yang dekat denganku tapi sama sekali tidak bisa menggeser posisi Amaltea dari pikiranku. Sampai-sampai pernah ada wanita yang berkata padaku.


       “Ris, wanita-wanita disini udah banyak loh yang bilang suka ama kamu, tapi kenapa sih kamu masih mikirin cinta monyetmu itu, belum tentu juga dia inget kamu atau bisa aja dia juga udah ada yang punya. Ngapain melihat bintang yang jauh sementara ada yang lebih deket?”

       “Asti... Bagiku, tak apa memimpikan bintang yang tinggi. Asalkan sudah siap dengan rasa sakitnya jatuh dari ketinggian.  Bagiku, tak apa memimpikan bintang yang jauh. Asalkan sudah siap dengan rasa perihnya mengagumi sesuatu yang sangat jauh, yang sulit untuk kita gapai, sedangkan ia belum tentu memiliki perasaan yang sama...."

       "Bagiku, tak apa memimpikan bintang yang bersinar indah. Asalkan sudah siap dengan segala konsekuensinya, bahwa sesuatu yang indah pasti banyak juga yang menginginkan dan bahwa keinginan mendapat sesuatu yang indah juga butuh pengorbanan yang sebanding. Meskipun bintang itu kini tidak terlihat, bintang itu tak pernah menghilang, hanya pandangan kitalah yang sering kali tertutup atau terhalang oleh sesuatu, sehingga seringkali kita tidak melihat cahaya bintang itu dengan utuh. Dan aku akan sabar untuk terus berlari.. mencari tempat agar dapat melihat keindahan tersebut dengan utuh.”


      Akhirnya keretapun berhenti di Stasiun Cimahi, aku pun meneruskan perjalanan dengan naik ojek hingga akhirnya akupun sampai pada alamat yang sedang kucari.

      “Assalamualaikum...” sambil mengetuk pintu sebuah rumah yang ada dihadapanku.

      “Wa alaikumsalam.. Ada apa?” lalu keluarlah seorang laki-laki muda, dari situ aku sempat khawatir kalau-kalau itu adalah Suami dari Tea.

       “Maaf apa benar ini kediaman Bapak Ardi?”

       “Ya benar saya sendiri. Ada apa?”

       “Oh... boleh ketemu dengan Tea”

       “Tea siapa?”

       “Amaltea Tamina Khoirunnisa. Katanya dia tinggal disini”

       “Oh kak Tea.. mas belum tahu dapat kabar dari teman-temannya ya?”

       “Kabar apa?”

       “Kak Tea sudah wafat 2 minggu yang lalu. Beliau meninggal karena serangan Kanker Otak”

       “Innalillahi wa innailaihi roji’un”  dan tanpa kusadari air mata mulai mengucur deras dari mataku. Sama sekali tak dapat terbendung

       “Oh berarti mas ini namanya Aris ya? Bentar ini sebelum kakak meninggal ada titipan katanya buat Mas Aris”


     Dan akupun membuka selembar surat yang diberikan padaku:

     Ris, aku yakin banget kamu bakalan datang kesini. Kamu gimana kabarnya Ris? Sehat kan? Semoga Allah memberikan kamu umur yang panjang lagi barokah, semoga kelak kamu dipertemukan dengan jodoh yang barokah, istri solehah lagi bisa melayani kamu dengan baik. Yah, aku gagal nepatin janjiku ke ibuku buatin alat yang bisa nyembuhin kanker otak. Eh.. sekarang malah aku yang kena. Tapi gak apa deh.. aku inget nasehat kamu waktu itu. Bahwa niat baik meskipun belum terlaksana tetep udah dapet pahala. Seperti katamu dulu.. aku gak menghilang kok. Aku hanya berpindah tempat jauh diatas sana.. Jauh diatas galaksi bima sakti, berada diantara ribuan gugusan bintang yang indah. Menghiasi malam yang indah. Bersinar dengan cahayanya yang terang. Cahaya yang berwarna kemerahan 
Kamu jaga kesehatan ya Ris? :) 
Salam Hangat 
Amaltea Tamina Khoirunnisa
    
     Sebuah surat yang singkat namun sangat bermakna bagiku. Meskipun ini semua begitu cepat tapi aku bersyukur setidaknya pernah bertemu dengannya. Meski kini ia berada sangat jauh... jauh diatas galaksi bima sakti.

     Tea, aku yakin kamu juga bahagia disana. Bisa melihat indahnya dunia dari sudut pandang yang enak banget, dari atas langit bersanding dengan ribuan bintang jauh diatas galaksi bima sakti. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang paling indah, yaitu di surga. Menjadi ratu dari para bidadari surga. Kapan-kapan kalau Allah mengizinkan.. kita bisa ketemu disana dan kali ini aku akan bikinin kompor listrik yang lebih bagus. Gak kayak kemarin yang amburadul bentuknya. 

Kamu juga baik-baik ya disana Tea :)  

Salam Hangat   
Aris Rahman Purnama Putra
 Untukmu Amaltea Tamina Khoirunnisa (1991 - 2014)

foto merupakan editan dari potongan salah satu adegan dalam anime 5 cm Per Second

0 comments:

Post a Comment

 
Rumah Untuk Amaltea Blogger Template by Ipietoon Blogger Template