Friday, January 30, 2015

Bulan Madu Pertama



Di dunia ini, tak ada sesuatu kenikmatan yang paling nikmat selain menghirup sejuknya udara pegunungan. Dengan siraman cahaya bulan yang berpadu dengan penerangan seadanya dari kunang-kunang yang beterbangan, juga nyanyian dari jangkrik yang terus mengerik menambah hikmat sunyinya suasana malam. Pepohonan yang berjajar rapi, seolah memberi namaskara kepada setiap sujana yang melintas di depannya.

Sedang dua pasangan itu tetap membeku, saling bertatapan di balik semak belukar yang menjalar. Mata mereka saling menyelisik tubuh satu sama lain penuh dengan berahi. Wajah sang wanita terus saja memancarkan kegairahan yang tak terkira. Maklum saja, meskipun pernikahan mereka sudah berjalan selama dua tahun, sangat jarang sekali bagi mereka berdua untuk dapat menghabiskan waktu bersama layaknya seorang pengantin pada umumnya.

Terakhir kali wanita tersebut meminta kepada sang pria untuk melakukan hubungan suami-istri. wanita itu malah mendapat hadiah sebuah tendangan dan sebuah pukulan yang mendarat telak di perutnya.

“Bodoh!!! Siapa yang mau bercinta dengan wanita cacat sepertimu?” lalu beberapa pukulan menghunjam tanpa ampun.

Namun siapa yang menyangka kalau kini pria tersebut telah berubah pikiran?,

Wanita tersebut sangat telaten melepaskan helai per helai pakaian yang dikenakan oleh suaminya. Akhirnya apa yang selama ini diidam-idamkannya bisa terwujud, yaitu bisa melayani suaminya dengan baik.

Senyum mengembang jelas dari wajah sang pria. Maka tanpa ragu, sang wanita juga melepaskan setiap helai pakaian yang menempel di tubuhnya. Detik ini, ia tak akan pernah takut lagi mendapat sebuah tamparan atau pukulan dari suaminya. Suaminya akan selalu bersedia melayani ketika ia membutuhkan nafkah secara lahir dan batin. Tidak akan ada lagi komentar yang meluncur dari mulut sang suami perihal kecacatan tubuh dari sang wanita.

Selama dua tahun penantian, akhirnya semesta menghadirkan malam yang selama ini dinanti-nantikan oleh wanita tersebut. Maka gunung yang menjulang, semak belukar yang menjalar, dan apa saja yang berada di sekelilingnya menjadi saksi dua sejoli itu memadu kasih. Bulan madu yang sedikit terlambatm namun sama sekali tidak mengurangi kenikmatannya.

Tubuh sang pria perlahan terasa dingin. Mengetahui hal itu wanita tersebut berusaha menghangatkan tubuh sang suami dengan segala cara.

“Ah, dasar lelaki lemah” wanita tersebut tersenyum kecut.

Dan di tengah pekatnya malam, wanita tersebut terus mencoba menghangatkan tubuh suaminya yang semakin membeku. Dengan gairah yang membuncah, wanita tersebut terus menikmati kebahagiaan malam, bersama jasad dengan kepala yang hampir terlepas dari tubuhnya.

0 comments:

Post a Comment

 
Rumah Untuk Amaltea Blogger Template by Ipietoon Blogger Template