Wednesday, December 24, 2014
Senja dalam Secangkir Cokelat Hangat
Cinta, cinta, cinta.
Mengapa orang begitu mengidam-idamkan cinta? Tak cukupkah bagi mereka keindahan sebuah
senja? Mega merah yang terhampar seluas cakrawala. Dengan kehangatan yang begitu hangat, seperti selimut dari bulu domba.
Lantas, mengapa manusia masih merasa kurang dengan semua keindahan itu? Mengapa manusia
membutuhkan cinta? Dan mengapa Seno Gumira Ajidarma begitu seringnya menyinggung tentang
cinta?
Cinta, cinta, cinta.
Jika cinta itu berwujud senja, aku ingin memetiknya. Menjadikannya serupa bola-bola gula dan mencampurnya ke dalam secangkir cokelat hangat. Agar aku bisa merasakan setiap bulirnya menyatu dalam tubuhku. Mengalir bersama kepingan sel-sel darah. Melintasi organ-organ yang terjelaskan dalam biologi. Tapi tak 'kan pernah kuizinkan ia keluar bersama urin. Seberapa besar pun risikonya, aku ingin ia mengendap dalam tubuh, selamanya.
Cinta, cinta, cinta.
Jika ia berwujud senja, aku ingin memetiknya. Mencampurkannya ke dalam secangkir cokelat hangat. Agar otak kerdilku tak perlu repot-repot memikirkannya, tapi setiap bagian tubuhku dapat merasakan kehangatannya.
edited by Leichten Herzens
Labels:
Puisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terima kasih sudah berkunjung, Alina :)
ReplyDelete