aku suka kupu-kupu
tapi aku lebih mencintai ibu
keduanya tak jauh berbeda, tapi tetap tak pernah sama
dalam suasana taman yang sunyi
kupu-kupu selalu berhasil memberi warna tersendiri
seperti ibu, yang setiap usapan tangannya meluruhkan segala kesedihan,
menghapus segala kemuraman
bunga tak akan pernah bisa hidup tanpa kupu-kupu
karena angin tak pernah benar-benar sempurna menyebarkan serbuk sarinya
hanya kupu-kupulah yang sempurna melakukannya
maka apalah jadinya taman ini kalau Tuhan tidak menciptakan kupu-kupu
kepakan sayapnya lirih
sayup-sayup hening
serasa bergeming
tapi sayap itu terus bergerak
dan ibu, terus saja mengorbankan waktu-waktunya untuk kebaikan kita
berdoa dalam hening
meski lelah raga sudah membuat kepala pening
ketika jutaan jiwa sudah kehilangan sadarnya
ia justru telah siap menyambut turunnya Tuhan ke bumi di sepertiga malam yang akhir
doa tulus meluncur deras dari bibir lembutnya
sebuah doa yang memecah hikmat sucinya malam
menggetarkan malaikat-malaikat yang berjaga
"Semoga kau menjadi anak yang sholeh,"
katanya sambil terus membelai rambutku
maka setiap aku melihat kupu-kupu di tengah sunyi
aku selalu teringat tentang segala hal tentang ibu
0 comments:
Post a Comment